Konsep 1
Pada dasarnya bumi merupakan suatu sistem tertutup
Suatu sistem dapat diartikan sebagai sekumpulan komponen – komponen yang saling
berhubungan dan saling mempengaruhi satu sama lain sehingga membentuk suatu
organisasi besar yang menjalankan suatu fungsi tertentu. Beberapa contoh dari
sistem ini adalah planet dan laut. Setiap komponen tersebut pada dasarnya
memiliki fungsi tersendiri, tetapi komponen-komponen tersebut dalam suatu
kesatuan sistem membentuk suatu fungsi baru yang lebih dinamis dan kompleks.
Bumi merupakan suatu sistem yang terdiri dari berbagai komponen yaitu atmosfer
(komponen udara), hidrosfer (komponen air), biosfer (komponen hayati/makhluk
hidup), dan litosfer (komponen batuan). Komponen – komponen tersebut saling
berinteraksi dan membentuk suatu prinsip kesatuan lingkungan. Setiap perubahan
yang terjadi pada suatu komponen akan berpengaruh pada komponen yang lain dan
terjadi penyesuaian kembali oleh sistem secara keseluruhan. Misalnya, apabila
terjadi letusan gunung berapi, maka imbasnya juga akan berpengaruh pada
atmosfer, yaitu karena keluarnya gas vulkanik, dan juga akan berpengaruh pada
komponen hidrosfer karena akan terjadi hujan pada daerah sekitarnya.
Selama matahari masih memancarkan sinarnya ke bumi, maka akan terjadi
perpindahan energi dari matahari ke bumi yang mempengaruhi proses-proses dalam
kehidupan di bumi. Hal ini menunjukkan bahwa bumi merupakan suatu sistem
terbuka karena menerima energi dari luar bumi itu sendiri.
Namun, jika melihat daur alamiah yang terjadi di bumi itu sendiri, misalnya
daur air dan batuan maka kita dapat berpikir bahwa bumi adalah suatu sistem
tertutup karena adanya daur yang kontinu dari material-material yang ada di
bumi itu. Misalnya, air laut akan mengalami daur/siklus hidrologi dimana air
laut tersebut akan berubah menjadi uap air yang kemudian menjadi awan, dan
kemudian turun kembali ke bumi sebagai hujan dan pada akhirnya mengalir lagi ke
laut. Atau siklus batuan dimana batuan / sedimen pada akhirnya juga akan
menjadi padat.
Jadi, meskipun nampaknya bumi ini merupakan suatu sistem terbuka karena
hubungannya dengan energi dan material, tetapi pada dasarnya bumi adalah suatu
sistem tertutup dalam hubungannya dengan daur alami.
Konsep 2
Bumi yang kita miliki sebagai tempat tinggal yang paling sesuai dengan
kehidupan manusia ini mempunyai sumber daya alam yang terbatas
Leo F. Laporte, penulis senior dari The Earth and Human Affairs, mengatakan
bahwa konsep 2 mengandung dua kebenaran, yaitu bahwa bumi yang kita tempati ini
merupakan satu-satunya tempat yang cocok untuk kehidupan manusia dan makhluk
hidup lainnya, dan yang kedua adalah sumber daya alam di bumi ini bersifat
terbatas, sehingga sewaktu – waktu dapat habis apabila dieksploitasi secara
berlebihan.
Kita dapat tinggal di bumi ini, karena bumi ini didukung oleh kondisi yang
memungkinkan untuk berlangsungnya kehidupan makhluk hidup, antara lain adanya
air, udara untuk bernapas, suhu yang sesuai, dan adanya lapisan atmosfer yang
komposisinya dapat mendukung berlangsungnya kehidupan, serta faktor – faktor
lainnya.
Namun, sumber daya yang ada di bumi ini bersifat terbatas, baik yang dapat
diperbarui maupun yang tidak dapat diperbarui apabila dibandingkan dengan
jumlah kebutuhan manusia yang semakin lama meningkat. Apalagi pada saat ini,
banyak pihak – pihak yang melakukan pengekspolitasian sumber daya alam tanpa
pernah berusaha melestarikannya. Hal tersebut tentu sangat berbahaya dan dapat
menjadi bumerang bagi manusia dan kehidupannya. Oleh karena itu, manusia
sebagai makhluk yang dikaruniai akal harus dapat menjaga dan melestarikan
sumber daya yang ada demi kelangsungan hidup dan kelangsungan bumi di masa
mendatang.
Konsep 3
Pada saat ini, proses – proses fisik telah mengubah bentang alam, baik secara
alamiah dan buatan, yang telah tersusun selama periode geologi.
Bumi ini bersifat dinamis dan tidak statis. Bumi selalu mengalami perubahan,
baik yang bersifat alamiah atau terjadi dengan sendirinya karena aktivitas alam
maupun yang terjadi karena perbuatan / ulah manusia.
Proses – proses alam yang terjadi pada saat ini dapat dijadikan acuan untuk
mengetahui proses alam yang terjadi pada masa lampau, dan dapat dijadikan
prediksi untuk proses alam yang akan terjadi di masa mendatang. Konsep tersebut
adalah konsep dasar dari ”Teori Keseragaman”yang dinyatakan pertama kali oleh
James Hudson pada tahun 1985 dan dijelaskan kembali oleh Charles Lyell. Teori
keseragaman ini mengandung pengertian bahwa the present is the key to past.
Proses – proses perubahan yang dapat mengubah bentang alam ini dapat terjadi
secara alamiah (contohnya peristiwa terpecahnya lempeng benua yang sebelumnya
merupakan suatu kesatuan daratan menjadi beberapa benua dan pulau-pulau yang
ada di bumi pada saat ini), ataupun karena perbuatan manusia. Kejadian tersebut
akan sulit untuk dibuktikan apabila hal tersebut bukan prinsip kesergaman.
Selain proses alamiah, proses perubahan tersebut juga berasal dari faktor
aktifitas manusia. Sedangkan, besarnya akibat yang ditimbulkan tergantung dari
aktivitas yang dilakukan oleh manusia. Adapun, efek dari aktivitas yang
dilakukan oleh manusia itu dapat dikatakan kecil dalam skala global, tetapi
dalam skala regional efek tersebut akan dapat diarasakan oleh makhluk hidup.
Konsep 4
Selalu terjadi proses alam yang membahayakan kehidupan manusia. Oleh karena
itu, bencana alam ini haruslah dikenali dan sedapat mungkin dihindari, agar
kerugian akan rusaknya harta benda dan jatuhnya korban jiwa dapat diminimalkan.
Proses alam yang terjadi sekarang ini sebenarnya telah berlangsung sebelum
manusia ada. Dalam perkembangan sejarah manusia, perjuangan melawan proses alam
ini telah berlangsung dari ke hari.
Ketika manusia mulai berkembang dan belajar untuk memproduksi pangan, jumlah
penduduk menjadi bertambah pula, sehingga menyebabkan bahaya terhadap proses
alam semakin bertambah pula. Selain itu, adanya konsentrasi penduduk dan
sumberdaya meningkatkan periode gempa, banjir, dan bencana alam lain. Hal ini
terus berlangsung hingga sekarang, dimana banyak orang tinggal di area yang
berbahaya akibat proses alam, sehingga menjadi mudah terkena dampak yang
merugikan.
Ada dua tipe proses alam, yaitu:
1. Tenaga eksogen, jika proses alam tersebut terjadi di permukaan bumi
Contohnya, kerusakan karena hujan dan angin, pergerakan tanah atau endapan
lumpur yang disebabkan oleh aliran air, angin atau es.
2. Tenaga endogen, jika proses alam terjadi di bawah permukaan bumi
Contohnya, aktifitas gunung berapi dan diastrophism (proses alamiah bumi yang
menyebabkan munculnya gunung, benua, dan ocean basins, dan sebagainya).
Aktifitas makhluk hidup, termasuk manusia merupakan proses eksogen, sedangkan
saat ini sering terjadi proses endogen di Indonesia, yaitu terjadinya gempa
bumi.
Banyak proses alam yang menyebabkan korban jiwa dan kerugian terhadap harta
benda, termasuk rob atau banjir yang terjadi di daerah dataran rendah, gempa
bumi, aktifitas gunung berapi fenomena pergerakan tanah, seperti tanah longsor
dan endapan lumpur. Besar dan frekuensi proses alam tersebut tergantung kepada
faktor iklim, iklim, geologi dan vegetasi di suatu wilayah. Misalnya, efek dari
pengikisan tanah oleh air, bergantung pada intensitas air hujan, frekuensi
badai, seberapa banyak air hujan dapat diserap batuan/ tanah, kecepatan
evaporasi, dan proses transpirasi air kembali ke atmosfer.
Proses alam ini harus dapat dikenali dan diprediksikan dengan mempertimbangkan
kondisi iklim, biologi, dan geologi. Setelah para ahli bumi dapat
mengidentifikasi proses terjadinya bencana alam, mereka akan membuat informasi
untuk para perencana dan pembuat keputusan. Kemudian, berbagai macam jalan
alternatif diterapkan untuk menghindari atau setidaknya meminimalkan kerusakan
terhadap kehidupan manusia.
Konsep 5
Perencanaan tataguna lahan dan tataguna air harus diupayakan seoptimal mungkin
untuk memperoleh keseimbangan antara pertimbangan ekonomi dan variabel yang
nyata, seperti estetika.
Saat ini, pemandangan alam dapat dianggap sebagai sumber daya alam karena saat
ini keindahan mempunyai nilai yang tinggi terhadap lingkungan dan kehidupan
manusia. Pertimbangan faktor abstrak seperti estetika telah menjadi sesuatu
yang umum, seperti halnya untung rugi. Namun, masih banyak yang menganggap
bahwa adanya estetika disebabkan oleh keragaman nilai ekonomi. Hal ini terlihat
dari banyak proyek yang hanya melihat pada pertimbangan keuntungan saja, tetapi
tidak pernah memperhatikan aspek lingkungan.
Dewasa ini, keseimbangan antara kriteria ekonomi dan estetika sangat sulit
untuk dicapai. Oleh karena itu, untuk menyelaraskan pertimbangan ekonomi dengan
penilaian estetika diperlukan adanya pengaturan skala tingkat ekonomi dengan
menyamakan skala tingkat evolusi estetika, pengembangan metode kuantitatif,
tentang analisis data yang diperoleh, dan yang terakhir, pengembangan teknik
pemetaan dan mengembangkan sumbar daya alam yang berestetika tersebut.
Konsep 6
Perencanaan tataguna lahan dan tataguna air harus diupayakan seoptimal mungkin
untuk memperoleh keseimbangan antara pertimbangan ekonomi dan variabel yang
nyata, seperti estetika.
Beberapa juta tahun yang lalu, kehidupan manusia selalu berpindah – pindah.
Kehidupan manusia masih mengandalkan alam, dengan cara mengumpulkan bahan
makanan dari hutan dan berburu hewan. Seiring dengan berkembangnya populasi dan
kebutuhan terhadap makanan, pakaian, dan tempat tinggal, mereka mulai membuka
daerah baru dan pada akhirnya mereka mengembangkan pertanian di daerah
tersebut. Dan, kemudian mereka hidup secara menetap, tidak lagi berpindah –
pindah. Hal ini merupakan contoh awal dari sebuah penggunaan lahan buatan yang
mampu memodifikasi lingkungan alami, yang mengakibatkan mulai timbulnya masalah
– masalah pembuangan limbah, polusi, erosi karena pembukaan lahan.
Menurut kisah di Palestina, sekitar 3000 tahun yang lalu, The Promised Land merupakan
suatu dataran yang kaya akan gandum, bir, dan anggur. Namun, seiring
berjalannya waktu, lahan – lahan tidak lagi subur. Erosi tanah terjadi dan
menyebabkan tanah menjadi tandus dan tidak dapat ditanami kembali. Mereka pun
akhirnya meninggalkan tempat tersebut. Namun, pada tahun 1960, Israel datang ke
The Promised Land, dan mulai memperbaiki lahan yang telah rusak tersebut. Dan,
hasilnya benar – benar mencengangkan. Israel memiliki kemandirian di bidang
pertanian, dan mampu menguasai kegiatan ekspor dan impor.
Konsep 7
Komponen pokok dari setiap lingkungan manusia merupakan suatu faktor geologi,
dan pemahaman terhadap lingkungan ini membutuhkan wawasan dan pengetahuan yang
luas terhadap ilmu bumi dan disiplin – disiplin ilmu lain yang masih berkaitan.
Lingkungan yang kita tempati ini berkaitan erat dengan ilmu geologi. Secara
langsung ataupun tidak langsung, sadar atau tidak sadar, kehidupan kita
dipengaruhi oleh proses-proses geologi. Untuk memahami tentang lingkungan kita
yang kompleks ini diperlukan bantuan dari disiplin ilmu yang lain, seperti :
1. Geomorfologi, adalah ilmu yang mempelajari tentang bentang alam dan proses
pembentukan permukaan bumi
2. Petrologi, adalah ilmu yang mempelajari tentang batuan dan mineral
3. Sedimentologi, adalah ilmu yang mempelajari tentang lingkungan sedimen
4. Tektonik, adalah studi yang mempelajari proses terjadinya cekungan laut,
gunung dan kenampakan struktur alam lainya
5. Hidrologi, adalah studi yang mempelajari tentang permukaan dan subpermukaan
air
6. Pedologi, adalah studi yang mempelajari tentang tanah
7. Geologi ekonomi, adalah aplikasi tentang penempatan dan pegujian tentang
bahan mineral
Cabang ilmu alam dan geologi lingkungan itu dapat dikategorikan lagi ke dalam 3
kategori, yaitu :
1. Fisika (geografi fisik, proses hidrologi, tipe batuan dan tanah,
klimatologi)
2. Biologi (meliputi aktivitas hewan dan tanaman, perubahan dalam proses dan
kondisi biologi, informasi biologi tentang analisis ruang)
3. Sumber daya manusia (penggunaan tanah, ekonomi, estetika, interaksi antara
aktivitas dan bidang fisika biologi)
Ada interaksi atau hubungan di antara ketiga cabang ilmu alam tersebut pada
pembangunan suatu infrastruktur. Pada pembangunan jalan layang, transportasi
umum, perencanaan tataguna lahan mungkin membutuhkan ketiga kategori tersebut.
Misalnya, dari perencanaan, pembangunan dan pengoperasian sanitasi di suatu
wilayah akan berhubungan dengan faktor – faktor fisik, seperti faktor lokasi,
topografi, tipe tanah, kondisi hidrologi, dan lain sebagainya.
sumber: Keller,
Edward E. 1978. Environmental Geology. Colombus
Ohio: Charles E Merril Publishing.